Hey, kamu si aqua culture :)
Entah kenapa tiba-tiba seseorang teringat akan
sosokmu. Sosok yang datang dan pergi sesuka hatimu itu...
Bagaimana ikan-ikanmu? Bagaimana
masalah-masalahmu? Apa sudah bisa kau selesaikan dengan caramu sendiri, seperti
yang kamu tulis lewat salah satu akun jejaring sosialmu???
Ah... sayang sekali ya caramu dalam memecahkan
masalah-masalahmu justru malah menimbulkan masalah baru, AKU...
Aku tulis ini karena tiba-tiba mamak teringat akan dirimu, beliau
bertanya kabarmu lewat aku yang bahkan tidak tahu keadaaan sebenarnya saat ini.
Pasti kamu tahu, terpaksa aku harus berbohong dengan mengatakan kamu baik-baik
saja.
Jadi, apa kabarmu hari ini? Setelah sekian lama kita tak saling
berkabar, nampaknya ada banyak yang berubah dan mungkin saja ada banyak hal
baru yang tidak ku ketahui...
Apa kabar hati selepas kau dariku? Ceritakan
lewat rindu, meski sekarang bukan aku bahagiamu...
Apa kamu juga seperti ibuku yang masih suka
bertanya kabarmu? Apa kamu masih suka teringat akan sosokku? Masih ingat arah
jalan rumahku? Masih ingat Rani, Ebot, dan Tatan? Masih ingat bagaimana Tuhan
mempertemukan kita untuk pertama kali? Masih ingat tentang hujan yang hampir
saja menggagalkan perjuangan keras kita hanya untuk saling menatap mata, lalu
menatap wajah???
Aku, ya! Aku masih mengingat semua hal itu.
Mata coklatmu, hobi jorokmu yang suka bersendawa itu, panggilan-panggilan
konyolmu yang ditujukan kepadaku, dan yang paling aku ingat sibuknya kamu.
Aku masih ingat betul usaha kerasku untuk
tidak banyak menuntut akan kamu. Usaha kerasku untuk tidak terlihat manja di
depanmu, karena aku tahu dibelakangmu berbaris berbagai masalah yang menunggu
untuk kau selesaikan. Ya, dengan kata lain aku berusaha untuk tidak turut serta
menjadi beban bagimu...
Tapi nampaknya, usaha-usaha keras yang coba ku
tutupi darimu itu sia-sia. Mungkin bagimu aku adalah salah satu bagian dari
beban-beban yang harus kau singkirkan pula. Hari itu, di sepotong petang di
salah satu awal April 2012, kau lepaskan salah satu bebanmu, Aku...
Orang yang mungkin menurutmu adalah beban.
Orang yang selalu bertanya dan menjawab sendiri di dalam hati kapan pacarku
akan berkunjung menemuiku.
Aku, orang yang selalu menunggu-nunggu kapan
kau punya waktu yang “agak” sedikit lama untuk bersamaku. Orang yang selalu
berusaha untuk tidak terlihat iri saat teman-temanku yang dengan mudahnya
bertemu pacar-pacar mereka tiap waktu. Orang yang berusaha keras meyakinkan
diri bahwa jarak yang bertugas sebagai pemisah hanyalah kerikil-kerikil kecil
dalam sebuah hubungan. Orang yang berusaha berpura-pura tidak menyadari bahwa
tidak ada tanganmu menghapus air mata saat aku menangis. Ya, itu aku...
Hey, tukang ikan harusnya kamu sadar betapa
memuakkan sikap-sikapmu itu. Sikap yang ternyata malah membuatku sering
merindukan sosok menyebalkan berwujud kamu.
Ceritakan padaku tentang kelanjutan rencana
masa depanmu yang selalu menyita lebih dari separuh harimu itu... Beritahu aku,
akankah ini saatnya untuk menyadarkan diri bahwa sudah tak ada apa-apa lagi
diantara kita. Tak ada lagi belaian untuk rambut hitam-panjang-berantakan-ku,
tak ada lagi kecupan mendarat di keningku. Tak ada lagi tanganmu mengenggam
jemari kecilku. Dan, tak akan ada lagi pelukan hangat dada dan bahu bidangmu. Yang
ada sekarang hanya tentang (hampir) kenangan...
Kenapa aku sebut hampir??? Karena ada banyak
hal yang belum kamu ketahui tentang segala sesuatu yang aku simpan disini,
tempat yang disebut hati...
Terkadang, justru lebih mudah menghapus
sesuatu yang dibina sejak lama dibandingkan menghapus kenangan tentang hal-hal
yang masih baru...
Yah, setidaknya kita pernah mencobanya,
mencoba menyatukan dua kepala, mencoba menyelaraskan si dewasa dan si belum
dewasa. Terima kasih untuk itu semua. Terima kasih pula untuk ketidakjelasan
dan ketidakpastian yang kau sisakan.
Apa kamu masih sering dan masih akan tetap stalker di Linimasa ku seperti yang aku
lakukan terhadap Linimasa mu??? Apa kamu masih sering mengecek hobi berkoarku
di jejaring sosial pada jam-jam tengah malam??? :-)
Aku selipkan senyum simpulku saat menulis pada
bagian ini karena teringat kata-katamu yang melarangku untuk tidak muncul pada
jam-jam tersebut...
“udah lagi twitterannya” atau,
“jangan balesin mention diatas jam 23.00” dan
satu lagi,
“sudahlah kalo gak mau denger omongan saya lagi,,,!!”
kalimat pamungkas saat kau merasa kesal karena gagal melarangku...
Ya, si oneng belum dewasa berbibir tipis ini
memang kepala batu, harusnya kamu sadar
itu :)
Terakhir, sebelum tulisan ini mencapai pada peraduan
tanda hubungnya. Masih ingat akan semua hal di atas, Pak Adin??? :-D
Aku tidak terlalu berharap tulisanku ini
terbaca olehmu, aku hanya tidak tahu harus meluapkannya ke siapa sehingga
kutulis semua ini, natural...
Ini salah satu hasil tulisan amatirku yang
pernah kau ragukan. Salah satu hasil tulisanku yang berisi pesan singkat
tentang aku yang masih bersahabat dengan waktu, masih saling berdekatan dengan
rindu, dan masih menggenggam sepi di tanganku...
Tentang aku, yang masih sempat merindukan sosokmu...
Untukmu, si bola mata coklat yang entah harus
disebut apa sekarang.
Dari seseorang yang masih menyimpanmu,
Indah Mahacitra :)